Perpustakaan merupakan salah satu pusat informasi yang memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dan menyebarluaskan informasi. Adanya perkembangan dari penerapan teknologi informasi bisa dilihat dari perkembangan jenis perpustakaan yang selalu berkaitan dengan teknologi infomasi, diawali dari perpustakaan manual, perpustakaan terautomasi, perpustakaan hybrid, sampai pada perpustakaan digital ( digital library) atau cyber library. Perpustakaan digital merupakan suatu perpustakaan dimana seluruh isi koleksi dan proses pengelolaan serta layanannya berupa kumpulan data digital. Gagasan Paul otlet pada tahun 1934 menjadi dasar perpustakaan digital. Dimana inti gagasannya mengatakan telephone without and with connection dengan makna pengaksesan informasi tanpa kabel. Pada tahun 1948 Tom Kalil dan Mike Nelson penasehat Clinton-Algore mendukung gagasan akses informasi digital dan Mike Nelson memberi nama baru Digital Library (Perpustakaan Digital). Menurut Ida F.Priyanto dalam materi perkuliahan Perpustakaan Digital, menyatakan bahwa masyarakat perpustakaan menggunakan beberapa istilah untuk perpustakaan digital yaitu: electronic library, virtual library dan library without walls.
Hal tersebut telah
merubah perspektif masyarakat atau pengguna perpustakaan bahwa mereka tidak
perlu lagi mendatangi perpustakaan untuk mendapatkan pelayanan perpustakaan
tapi dapat mengakses sumber informasi dan layanan perpustakaan dari jauh dengan
memanfaatkan jaringan internet. Salah satu contoh dari perpustakaan digital
adalah Jakarta Digital Library atau aplikasi
iJakarta tersedia untuk platform Android, iOS, dan PC. Pemda DKI
Jakarta memaparkan bahwa iJakarta telah menarik minat
sebanyak 54.766 pengguna. Sebanyak 29.643 pengguna aktif membaca dengan
durasi 40 hingga 180 menit, dan jumlah buku yang dikoleksi mencapai 12.724
buku. Dengan sistem pinjam seperti perpustakaan, saat ini sebanyak
144.899 salinan telah diunduh, serta sebanyak 6.547 eBook sedang diantri oleh 60.046 calon pembacanya.
Jenis perpustakaan
digital berbeda dengan jenis perpustakaan terautomasi yang berupa kumpulan koleksi tercetak, film mikro (microform dan microfiche), ataupun kumpulan kaset audio, video, dan lain-lain yang melibatkan perangkat lunak, keras dan jaringan dalam seluruh proses dan aspek
perpustakaan. Isi dari perpustakaan digital berada dalam suatu komputer server
yang bisa ditempatkan secara lokal, maupun di lokasi yang jauh, namun dapat
diakses dengan cepat dan mudah lewat jaringan komputer. Transformasi dari
system perpustakaan tradisional ke perpustakaan digital, memerlukan formulasi
kebijakan, perencanaan strategis secara holistik termasuk aspek hukum (copyrights),
standarisasi, pengembangan koleksi, infrastruktur jaringan, metoda akses,
pendanaan, kolaborasi, control bibliografi, pelestarian, dan sebagainya untuk
memandu keberhasilan mengintegrasikan format non digital ke format digital.
Koleksi dari perpustakaan digital adalah dokumen digital umumnya terdiri dari
lima jenis yaitu teks, gambar, suara, gambar bergerak (video), dan grafik.
Bentuk teks digital akan memudahkan proses manipulasi data, ukuran datanya
lebih kecil karena data terformat dalam bentuk SGML (Standard Generalized
Markup Language). Begitu juga jenis data digital yang lain (gambar, suara,
gambar bergerak, dan multimedia) akan lebih mudah dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan.
Adanya perkembangan perpustakaan dari model
konvensional hingga pada model digital berdampak pada banyak hal positive
diantaranya yaitu:
1. Memudahkan pengguna dalam mencari
informasi yang dibutuhkan, karena tidak bergantung pada tempat, waktu dan
situasi.
2. Memberi kemudahan dalam sistem temu
kembali informasi.
3. Adanya E-Book yang menjadi pengganti
buku, dan keuntungannya lebih murah dan praktis yang bayak ditawarkan melalui
internet.
4. Efisiensi biaya penelusuran
informasi
Dengan adanya perkembangan perpustakaan
digital tersebut pustakawan menurut Ida F. Priyanto (2015) dituntut harus mempunyai
pengetahuan yang mendalam, terbaru dan tidak lagi membangun kotak dalam kotak.
Dimana pustakawan berjejaring , out of
the box jangan tidur didalam kotak dan mengembangkan diri hidup dalam dua
dunia. Hal lainnya pustakawan juga harus bisa merubah perspektif You Came to Library Menjadi Library Come to You.
DAFTAR
PUSTAKA
Fidansafira.
2014. Analisis Hukum Perpustakaan Digital di Indonesia. http:/Perpustakaan%20digital13/Analisis%20Hukum%20Perpustakaan%20Digital%20di%20Indonesia%20%E2%80%93%20Pustaka%20Kecil.html.
Diakses tanggal 15 Februari 2017.
Nadiaingrida.
2013. Perpustakaan di Era Perkembangan Internet. http://bahan%20artikel/Agent%20of%20Change.html.
Diakses tanggal 15 Februari 2017.
Subrata,
gatot. 2009. Perpustakaan Digital. Jurnal.
Susanto,
Setyo Edi. 2010. Disain dan standar
perpustakaa digital. Jurnal Pustakawan
Indonesia (10). 2.
Priyanto, Ida Fajar. 2017. Perpustakaan Digital.
Yogyakarta.
Priyanto, Ida Fajar. 2015. Membangun Lingkungan Pembelajaran Berbasis
Pengetahuan Librarians, Space and the atmosphere. Seminar Lokakarya dan
Workshop Kepustakawan Nasional Munas ISIPII dan Rakernas FPPTI. http://Perpustakaan%20digital-13/Ida%20Fajar%20Priyanto.html.
Diakses tanggal 15 Februari 2017.
Menarik sekali tentang library come to you, sebagai salah satu fitur yang dapat dihadirkan oleh perpustakaan digital, semoga semakin banyak bermunculan `ijakarta' lainnya di Indonesia.
BalasHapusAamiin_ terimakasih mas Dani, tentunya dengan jaringan internet sebagai pendukung utama dari perpustakaan digital menuntut kita sebagai pustakawan atau ahli bidang perpustakaan untuk berani menyajikan informasi dengan efisien dan dpt memudahkan msyrakat untk mengaksesnya. seperti kata pak Ida beliau menyatakan kita harus mengembangkan diri hidup dalam dua dunia. Semoga saja kita pustakawan/ ahli bidang perpustakaan yg akan memunculkan iJakarta berikutnya hh aamiin
BalasHapusPerpustakaan digital memudahkan bagi banyak orang saat ini. Yang perlu juga disosialisasikan adalah dimana dan bagaimana orang dapat mengunjungi perpustakaan digital tersebut meskipun the "library comes to you."
BalasHapus