Rabu, 22 Februari 2017

Sesi 2 Manajemen dan Disain Perpustakaan: Automated Storage and Retrival System (AS/RS)

           
Gambar. 1 lib.chicago.edu

       Automated Storage and Retrival System (AS/RS) adalah sistem manajemen persediaan yang banyak digunakan di fasilitas manufaktur, pusat distribusi, dan gudang di seluruh Amerika Serikat dan dunia. Sistem AS/RS umumnya terdiri dari mesin yang bergerak naik dan turun satu atau beberapa lorong penyimpanan paralel, menyimpan dan mengambil produk dan bahan untuk sosialisasi ke tujuan internal dan ekster. Sistem ini telah dicipta dan masih dalam proses pembangunan serta perbaikan semenjak tahun 1950. Sistem ini juga masih popular dan menjadi salah satu pilihan dikalangan para pengkaji dan pereka untuk diperbaiki dan dipertingkatkan lagi kecekapan dan keberkesanannya. Sistem ini beroperasi di bawah kendali komputerisasi, menjaga persediaan barang yang disimpan. Pengambilan barang dilakukan dengan menentukan jenis dan jumlah barang yang akan diambil. Komputer menentukan dimana tempat penyimpanan barang yang dapat diambil dari pengambilan, mengarahkan penyimpanan otomatis yang tepat dan mesin pencarian (SRM) ke lokasi di mana barang tersebut disimpan dan mengarahkan mesin untuk deposit item di lokasi di mana barang tersebut diambil.

 Gambar 2 Liberty.edu

Keuntungan AS/RS
Keuntungan dari sistem yaitu menyediakan pengguna dengan pengendalian persediaan dan pelacakan, termasuk fleksibilitas yang lebih besar untuk mengakomodasi perubahan kondisi. Sistem terdiri dari subsistem modular yang dapat dengan mudah diganti untuk meminimalkan downtime dan memperpanjang layanan dari sistem secara keseluruhan. Mengurangi biaya tenaga kerja, menurunkan kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan, meningkatkan keselamatan kerja, dan menghapus personil dari kondisi kerja yang sulit (seperti lingkungan penyimpanan makanan dingin). Mungkin yang paling signifikan, bagaimanapun AS / RS sistem dapat menghasilkan penghematan besar dalam biaya penyimpanan persediaan, pemanfaatan ruang gudang jauh lebih baik vertikal dan horizontal serta menciptakan penyimpanan yang lebih besar dan rak atau lemari penyimpanan dapat ditumpuk setinggi memuat lantai.

Sonoma State University Library

Kerugian Sistem AS/RS
AS/RS sistem membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman. Hal ini membutuhkan investasi yang signifikan dari modal. Terutama untuk pemeliharaan dan memperbarui subsistem yang berbeda.
Penyimpanan otomatis dan sistem pengambilan (AS/RS) biasanya digunakan dalam aplikasi dan ada beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:
• Ada volume yang sangat tinggi dari beban yang dipindahkan ke dalam dan keluar dari penyimpanan.
• Kepadatan Storage penting karena keterbatasan ruang.
• Tidak ada nilai yang ditambahkan dalam proses ini (tidak ada pengolahan, penyimpanan dan transportasi 
saja).
• Akurasi sangat penting karena potensi kerusakan mahal.

Pengaplikasian AS/RS
Dalam beberapa perpustakaan, seperti di University of Nevada, perpustakaan Reno, sistem ini digunakan untuk mengambil buku. Perpustakaan menggunakan AS/RS yaitu:
University of British Columbia, Vancouver, British Columbia
Christopher Pusat, Valparaiso University, Valparaiso, Indiana
Colgate University, Hamilton, New York
Cornell University, Ithaca, New York
Utara State University Carolina, Raleigh, North Carolina
University of Chicago, Chicago, Illinois (pembukaan musim gugur 2010)
University of Louisville, Louisville, Kentucky
University of Nevada, Las Vegas
University of Nevada, Reno
Waseda University, Tokyo (Jepang)
Utah State University, Logan, Utah
Santa Clara University, Santa Clara, California (sistem robot pencari)
Sonoma State University, Rohnert Park, California
California State University Northridge, Northridge, California
Pertahanan Pusat Informasi Visual, Maret Air Cadangan Base, Riverside County, California
Grand Valley State University, Grand Rapids, Michigan
Macquarie University, Sydney, Australia (pembukaan 2010)
Marywood University, Scranton, Pennsylvania
Chicago State University, Chicago, Illinois
Georgia Southern University, Statesboro, Georgia


DAFTAR PUSTAKA

Automated Storage and Retrival System.   https://en.wikipedia.org/wiki/Automated_storage_and_retrieval_system, Diakses tanggal 20 Februari 2017.

Automated Storage and Retrival System

Khairulfikri, Mohd. Design and Prototyping of Semi-Automated Microcontroler. Jurnal  University Teknikal Malaysia Melaka.

Soffar, Heba. 2017 Automated Storage and Retrieval System AS/RS or AS/RS Advantages and                          Disadvantage. 
               http://www.online-sciences.com/technology/automated-storage-and-retrieval-                                      system-asrs-or-asrs-advantages-and-disadvantages/, 
                Diakses tanggal 20 February 2017. 

Selasa, 21 Februari 2017

Artikel sesi 2 PD: Tinjauan Teoritis Resource Description and Access (RDA)

Resource Description and Access (RDA) adalah sebuah peraturan pengatalogan untuk materi perpustakaan, materi digital dan materi yang terdapat pada sistem sambung jaring (dalam jaring, taut jaring, online).
Adapun tujuan RDA adalah:
  • Penanggapan atas kebutuhan pemakai. Deskripsi sumber daya harus memenuhi kebutuhan pemakai sebagaimana dinyatakan di FRBR dan FRAD. Pemakai diupayakan mampu menemukan, mengidentifikasi, memilih dan memperoleh sumber daya. Di samping itu deskripsi hendaknya memungkinkan pemakai memahami hubungan yang eksis antara sumber daya, sumber daya lainnya dan nama yang diasosiasikan dengan sumber itu.
  • Efisiensi biaya. Deskripsi sumber daya dilakukan secara efisien di samping membantu kebutuhan pemakai.
  • Fleksibilitas atau keluwesan. Data hendaknya bersifat netral dari format, media dan sistem serta mampu digunakan dalam lingkungan jamak.
  • Kontinuitas atau kelanjutan. Data yang diciptakan  dengan menggunakan RDA hendaknya kompatibel dengan data yang eksis, khususnya data AACR2.  
 Adapun prinsip yang digunakan dalam peraturan katalog yang baru disebutkan pada RDA sebagai berikut:
1. Diferensiasi. Prinsip ini menyatakan bahwa deskripsi sumber dan entitas hendaknya membedakan sumber daya atau entitas dari sumber daya atau entitas lainnya. Informasi dalam cantuman bibliografis hendaknya mendeskripsi sesuatu yang unik sumber tsb. Titik akses yang dikontruk untuk nama preferensi hendaknya dibedakan dari nama lain.
2.     Kecukupan. Deskripsi sumber daya hendaknya mendeskripsi cukup untuk memenuhi kebutuhan pemakai.
3. Hubungan. Deskripsi sumber daya hendaknya menunjukkan hubungan yang signifikan (maknawi) ke sumber daya lainnya. Titik akses yang diasosiasikan dengan sebuah sumber hendaknya mencerminkan hubugan yang maknawi.
4. Representasi. Data deskripsi sumber daya hendaknya merupakan representasi sumber itu sendiri. Pemilihan judul dan nama preferensi yang digunakan dalam deskripsi hendaknya mencerminkan bentuk yang lazim digunakan untuk merujuk entitas.
5. Akurasi. Bila diperlukan memberikan deskripsi sumber daya yang akurat maka informasi tambahan dapat disediakan.

Pemakaian
            RDA diterbitkan sebagai RDA Toolkit pada Juni 2010. Dari Maret sampai Desember 2010 RDA diuji oleh Library of Congress, National Agricultural Library dan National Library of Medicine menciptakan cantuman tes menggunakan RDA. Hasilnya dianalisis oleh RDA Test coordination Committee dan diumumkan pada tanggal 13 Juni 2011. Januari 2013 ditentukan sebagai tahun implementasi RDA disertai ketentuan perlu perubahan maknawi terutama yang bertautan dengan pengganti format MARC. Sampai saat ini RDA telah dicobakan di enam negara yaitu Amerika Serikat, Canada, Inggris, Australia, Jerman dan Singapura.

RDA dan sistem perpustakaan
RDA sudah tersedia sambung jaring (online) serta banyak perubahan MARC, perpustakaan perlu melihat perubahan pada sistem perpustakaan terpadunya sebelum mulai implementasi RDA. Dalam jangka pendek, sistem perpustakaan tidak perlu melakukan perubahan besar dalam implementasi RDA. Namun demikian ada perubahan yang diperlukan. Penjaja (vendor) sistem akan menyesuaikan dengan RDA untuk memperkuat modul pengatalogan yang sudah ada. Penjaja menunggu rilis resmi RDA untuk menyesuaikan perangkat lunaknya dengan standar RDA.

Implikasi RDA bagi Indonesia
Untuk Perpustakaan Nasional, implikasi RDA meliputi hal sebagai berikut:
  1. Persiapan keseluruhan pemangku kepentingan di lingkungan RDA seperti Pusat Pengolahan, Pusat Deposit, Pusat jasa dan urusan TI serta kerjasama formal maupun informal dengan perpustakaan yang telah melaksanakan RDA.
  2. Pembelajaran RDA dengan kerjasama formal maupun informal dengan lembaga yang telah melakukan praktik RDA seperti Singapora National Biard  atau pun National Library of Australia. Dari kerjasama ini diharapkan terbentuk tenaga pustakawan di lingkungan perpusnas yang mampu.
  3. Peningkatan standar yang sudah ada, misalnya IndoMARC diperluas hingga turunannya seperti MODS: The Metadata Object description Schema, XML-Encoded Metadata.
  4. Pedoman deskripsi objek lain  mencakup Cataloging Cultural Objects (CCO).
  5. Dilingkungan Perpusnas dibentuk sebuah unit khusus untuk hubungan internasional termasuk pengembangan deskripsi bibliografis, klasifikasi, model konsep dll, dengan tugas keluar berhubungan dnegan badan internasional dalam bidang deskripsi bibliografis, klasifikasi, model konsep sedangkan kedalam mensosialisasikan informasi ke lingkungan baik intern maupun ekstern Perpusnas. Hal ini perlu karena dalam beberapa hal, Indonesia ketinggalan informasi dan perkembangan akibat ketiadaan pustakawan yang mengikuti perkembangan pada tingkat internasional.
  6. Penerjemahan RDA kedalam Bahasa Indonesia.
  7. Pemikiran ulang mengenai nama-nama Indonesia. Adalah suatu keanehan ketika Indonesia memperjuangkan kata utama nama Indonesia sejak Pertemuan Paris 1961 yang menetapkan kata utama nama Indonesia pada nama terakhir dan kemudian diikuti oleh dunia internasional, tiba-tiba keluar Surat Keputusan Kepala Perpusnas tahun 2055 yang mengubah total peraturan tsb. Dampaknya ialah kebingungan di dunia internasional serta friksi antara mereka yang menggunakan kedua peraturan yang berbeda.  (Sulistyo, 2005, 2007,2009,2010).
  8. Memikirkan keikut sertaan Indonesia di WorldCat. Sampai saat ini Indonesia masih merupakan terra incognita artinya daerah yang tidak dikenal. Bila pembaca pernah menggunakan data WorldCat, maka setelah memunculkan data bibliografis, muncul pertanyaan di manakah anda berada. Untuk melihat material yang diperlukan, pembaca disarankan mengubungi peprustakaan terdekat namun tidak satuoun dari Indonesia. Hal ini terjadi karena Perpusnas tidak menggabung dengan WorldCat OCLC karena penggabungan data memerlukan persiapan di Perpusnas seperti ketersediaa anggaran per entri sekitar US$2,00 dan perbaikan pada praktik deskripsi di Perpusnas menyangkut tajuk entri utama nama Indonesia.

DAFTARPUSTAKA

ALCTS. http://www.ala.org/alcts/resources. Diakses 2015. 

Alan Danskin, Chair, JSC.  2009. Attached is a prospectus for RDA: Resource Description and Access. http://www.rda-jsc.org/archivedsite/rdaprospectus.html. Diakses 2015.

Himayah. 2013. Resource Description Acces (RDA) Sebagai Generasi Baru Peraturan Katalogisasi. Jurnal Iqra’, Vol.7, No.1.

OCLC. RDA dan OCLC. http://www.oclc.org/en/rda.html. Diakses 2015.

Perpustakaan Kemensos RI. Implementasi Resource Description & Access (RDA) di Perpustakaan.http://perpustakaan.kemsos.go.id/?news/read/Berita/4/Implementasi%20Resource%20Description%20&%20Access%20(RDA)%20di%20Perpustakaan. Diakses 21 February 2017.

Sulistyo-Basuki. 2013. Tinjauan Teoritis Resources Description and Acces. https://sulistyobasuki.wordpress.com/2013/12/19/tinjauan-teoritis-resource-description-and-access-rda/. Diakses 2015.

 




Sabtu, 18 Februari 2017

Sesi 1 Manajemen dan Disain Perpustakaan: DON’T JUDGE BOOK BY ITS COVER

Pada masyarakat umum dikenal peribahasa yang sangat populer “Don’t judge the Book from the Cover”. Peribahasa ini sekilas tidak terkait dengan dunia perbukuan karena hanya menyiratkan makna bahwa tidak semestinya kita menilai orang lain hanya dari penampilan saja. Namun, peribahasa tersebut juga menyiratkan makna denotatif, yakni masih banyak yang menilai produk tidak terkecuali buku, karena tertarik dengan desain sampulnya. Sampul merupakan elemen terpenting dalam dunia perbukuan, bahkan banyak perusahaan penerbit mendirikan divisi tersendiri yang khusus menangani desain sampul. Melalui dukungan aplikasi dekstop publishing yang canggih, disain sampul buku menjadi alat pemikat untuk mengetahui dan memiliki buku tersebut.
Istilah ini juga menjadi salah satu topik yang sangat menarik saat saya mengikuti perkuliahan Manajemen dan Disain Perpustakaan kemaren sore, bahwa sumber informasi konvensional seperti buku salah satu faktor yang  berdampak pada disain, minat baca dan peminjaman buku di Perpustakaan. Berdasarkan disain perpustakaan dan sampul buku yang menarik membuat banyak orang tertarik untuk masuk ke perpustakaan salah satu contoh nya adalah library@orchard sebuah perpustakaan umum dengan disain rak buku dan majalah yang menarik di bawah National Library Board atau Dewan Perpustakaan Nasional Singapura, library@orchard ini dirancang sebagai boutique library, dan pertama kali dibuka Oktober 1999 di Ngee Ann City, mall besar di Orchard Road tahun 2007. Perpustakaan tersebut ditutup untuk renovasi dan baru dibuka lagi Oktober 2014, tapi pindah lokasi di mall Orchard Gateway.  

Contoh koleksi bernuansa disain library@orchard, interior perpustakaan ini pun dirancang dengan pemikiran panjang. Malahan, library@orchard adalahperpustakaan umum pertama di Singapura yang dibangun dengan prinsip design thinking.


   Contoh salah satu fitur keren yang dimiliki library@orchard adalah Magazine Wall. Di tembok majalah ini, ada 46 judul majalah yang mayoritas merupakan majalah-majalah disain, hipster  (halo Kinfolk, Monocle, and Disegno). Pengguna bisa  membuka laci majalah yang di inginkan, maka kan menemukan edisi komplit majalah tersebut yang disusun secara horizontal.

 Pada tahun 1999 telah ada penelitian yang dilakukan Consumer Research Study on Book Publishing yang disponsori American Book Seller Association and Book Industry Group, di hampiri semua tempat konsumen membeli buku ( toko buku besar, toko buku kecil, toko buku diskon dan lain sebagainya) didapat hasil bahwa 13% memilih disain cover sebagai faktor yang kuat mempengaruhi dan 12,8% memilih harga. Namun, pemilih terbesar memilih faktor lain sebagai faktor terkuat. Walaupun dengan presentase yang rendah disain cover buku dapat menarik pembeli  dengan presentase yang melebihi dari presentase pengaruh  memilih harga atau adanya diskon.
Pada tahun 2014 saya melakukan penelitian yang sama tentang Pengaruh  Desain Sampul terhadap Keputusan Pembelian Buku Di Tokon Buku Gramedia Padang Sumatera Barat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa disain sampul berpengaruh terhadap keputusan pembelian buku mulai dari cover buku yang sangat berpengaruh terhadap keputusan pembeli yang terdiri atas elemen warna yang dapat memikat pembaca, jenis huruf yang dapat membuat pembaca mudah memahami isi buku seperti sans serif dan label best seller elemen sangat berpengaruh pada pembelian buku di toko buku Gramedia Padang Sumatera Barat. Endorsement atau sampul belakang buku juga sangat berpengaruh pada keputusan pembeli  karena merupakan alternatif kedua dalam memikat pembaca untuk tertarik membaca dan membeli buku tersebut dengan memuat sinopsis, blurb dan sekilas tentang penulis atau riwayat hidup tokoh. Akan tetapi, dari analisis data bentuk promosi buku seperti pemberian diskon tidak terlalu berpengaruh terhadap keputusan pembelian buku di toko buku Gramedia Padang Sumatera Barat.
 Penelitian terbaru pada tahun 2015 yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang Pengaruh Disain Sampul Buku terhadap Minat Baca Siswa di Perpustakaan MAN Yogyakarta III juga memperoleh simpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara disain sampul buku dan minat baca siswa. Hal ini dibuktikan dengan nilai grand mean 3, 47 dan nilai tersebut berdasarkan skala interval termasuk kategori sangat tinggi.
 Hasil penelitian dari tahun ketahun masih meunjukkan bahwa disain sampul dapat mempengaruhi keputusan pembelian buku di Toko Buku, mempengaruhi minat baca dan disain sebuah perpustakaan. Saya sendiri juga tertarik untuk membaca buku di Perpustakaan salah satunya karena tertarik dengan sampul buku dan kreasi penataan koleksi yang ada di Perpustakaan.

DAFTAR PUSTAKA

      Achmad, Laila. 2016.  Mau Jalan-Jalan ke Singapura? Coba Kunjungi Dua Tempat Ini!. Jurnal.
           http://www.youthmanual.com/post/fun/you-have-to-see-this/mau-jalan-jalan-ke-singapura-     coba-  kunjungi-dua-tempat-ini. Diakses tanggal 19 February 2017.
Agustina, Eka.2015. Pengaruh Disain Sampul Buku terhadap Minat Baca Siswa di Perpustakaan   MAN Yogyakarta III. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga: 
Negara, Nengah Sudika. (12 Februari 2014). Tipografidan Warna dalam Desain Komunikasi Visual Ditinjau dari aspek Kenyamanan Visual. Institut Seni Indonesia Denpasar:Bali.
Primadesi, Yona. 2006. Kontribusi Komentar Para Tokoh pada Blurb dalam Upaya Menarik Pembaca. Jurnal. 2 (1).
Priyanto, Ida Fajar. 2017. Manajemen dan Disain Perpustakaan. Yogyakarta.
Rustan, Surianto 2008. Layout dan Dasar Penerapannya  . Gramedia:Jakarta.
Sandi, Ikhlas.”Warna sebagai Desain Visual dan Aplikasinya pada Cover Majalah”. (http:// www.google.com , diunduh 12 Maret, pukul 1:20).
Suwarno, Wiji. 2011. Perpustakaan dan Buku : Wacana Penulisan dan Penerbitan. Atraz Media:Jakarta.
Teknik-teknik sampul.2013. “Teknik-teknik sampul”. Wikipedia. 
        http://en.wikipedia.org/wiki/teknik-tekniksampul, diunduh 21 April 2014.





Jumat, 17 Februari 2017

Perubahan Prespektif You Came to Library Menjadi Library Come to You



Perpustakaan merupakan salah satu pusat informasi yang memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dan menyebarluaskan informasi.  Adanya perkembangan dari penerapan teknologi informasi bisa dilihat dari perkembangan jenis perpustakaan yang selalu berkaitan dengan teknologi infomasi, diawali dari perpustakaan manual, perpustakaan terautomasi, perpustakaan hybrid, sampai pada perpustakaan digital ( digital library) atau cyber library. Perpustakaan digital merupakan suatu perpustakaan dimana seluruh isi koleksi dan proses pengelolaan serta layanannya berupa kumpulan data digital. Gagasan Paul otlet pada tahun 1934 menjadi dasar perpustakaan digital. Dimana inti gagasannya mengatakan telephone without and with connection dengan makna pengaksesan informasi tanpa kabel. Pada tahun 1948 Tom Kalil dan Mike Nelson penasehat Clinton-Algore mendukung gagasan akses informasi digital dan Mike Nelson memberi nama baru Digital Library (Perpustakaan Digital).  Menurut Ida F.Priyanto dalam materi perkuliahan Perpustakaan Digital, menyatakan bahwa masyarakat perpustakaan menggunakan beberapa istilah untuk perpustakaan digital yaitu: electronic library, virtual library dan library without walls.
Hal tersebut telah merubah perspektif masyarakat atau pengguna perpustakaan bahwa mereka tidak perlu lagi mendatangi perpustakaan untuk mendapatkan pelayanan perpustakaan tapi dapat mengakses sumber informasi dan layanan perpustakaan dari jauh dengan memanfaatkan jaringan internet. Salah satu contoh dari perpustakaan digital adalah Jakarta Digital Library atau aplikasi iJakarta tersedia untuk platform Android, iOS, dan PC.  Pemda DKI Jakarta memaparkan bahwa iJakarta telah menarik minat sebanyak 54.766 pengguna. Sebanyak 29.643 pengguna aktif membaca dengan durasi 40 hingga 180 menit, dan jumlah buku yang dikoleksi mencapai 12.724 buku. Dengan  sistem pinjam seperti perpustakaan, saat ini sebanyak 144.899 salinan telah diunduh, serta sebanyak 6.547 eBook sedang diantri oleh 60.046 calon pembacanya.
Jenis perpustakaan digital berbeda dengan jenis perpustakaan terautomasi yang berupa kumpulan koleksi tercetak, film mikro (microform dan microfiche), ataupun kumpulan kaset audio, video, dan lain-lain yang melibatkan perangkat lunak, keras  dan jaringan dalam seluruh proses dan aspek perpustakaan. Isi dari perpustakaan digital berada dalam suatu komputer server yang bisa ditempatkan secara lokal, maupun di lokasi yang jauh, namun dapat diakses dengan cepat dan mudah lewat jaringan komputer. Transformasi dari system perpustakaan tradisional ke perpustakaan digital, memerlukan formulasi kebijakan, perencanaan strategis secara holistik termasuk aspek hukum (copyrights), standarisasi, pengembangan koleksi, infrastruktur jaringan, metoda akses, pendanaan, kolaborasi, control bibliografi, pelestarian, dan sebagainya untuk memandu keberhasilan mengintegrasikan format non digital ke format digital. Koleksi dari perpustakaan digital adalah dokumen digital umumnya terdiri dari lima jenis yaitu teks, gambar, suara, gambar bergerak (video), dan grafik. Bentuk teks digital akan memudahkan proses manipulasi data, ukuran datanya lebih kecil karena data terformat dalam bentuk SGML (Standard Generalized Markup Language). Begitu juga jenis data digital yang lain (gambar, suara, gambar bergerak, dan multimedia) akan lebih mudah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan.
Adanya perkembangan perpustakaan dari model konvensional hingga pada model digital berdampak pada banyak hal positive diantaranya yaitu:
1.      Memudahkan pengguna dalam mencari informasi yang dibutuhkan, karena tidak bergantung pada tempat, waktu dan situasi.
2.      Memberi kemudahan dalam sistem temu kembali informasi.
3.      Adanya E-Book yang menjadi pengganti buku, dan keuntungannya lebih murah dan praktis yang bayak ditawarkan melalui internet.
4.      Efisiensi biaya penelusuran informasi
Dengan adanya perkembangan perpustakaan digital tersebut pustakawan menurut Ida F. Priyanto (2015) dituntut harus mempunyai pengetahuan yang mendalam, terbaru dan tidak lagi membangun kotak dalam kotak. Dimana pustakawan berjejaring , out of the box jangan tidur didalam kotak dan mengembangkan diri hidup dalam dua dunia.  Hal lainnya pustakawan juga harus bisa merubah perspektif You Came to Library Menjadi Library Come to You.

DAFTAR PUSTAKA

Fidansafira. 2014. Analisis Hukum Perpustakaan Digital di Indonesia.     http:/Perpustakaan%20digital13/Analisis%20Hukum%20Perpustakaan%20Digital%20di%20Indonesia%20%E2%80%93%20Pustaka%20Kecil.html. Diakses tanggal 15 Februari 2017.

Nadiaingrida. 2013. Perpustakaan di Era Perkembangan Internet. http://bahan%20artikel/Agent%20of%20Change.html. Diakses tanggal 15 Februari 2017.

Subrata, gatot. 2009. Perpustakaan Digital. Jurnal.
Susanto, Setyo Edi. 2010. Disain dan standar perpustakaa digital. Jurnal  Pustakawan Indonesia (10). 2.
Priyanto, Ida Fajar. 2017. Perpustakaan Digital. Yogyakarta.
Priyanto, Ida Fajar. 2015. Membangun Lingkungan Pembelajaran Berbasis Pengetahuan Librarians, Space and the atmosphere. Seminar Lokakarya dan Workshop Kepustakawan Nasional Munas ISIPII dan Rakernas FPPTI. http://Perpustakaan%20digital-13/Ida%20Fajar%20Priyanto.html. Diakses tanggal 15 Februari 2017.